Rabu, 11 Desember 2013

beberapa Hal Penting Dalam Sejarah Batik

Di Hari Batik Nasional ini kita coba telusuri perjalanan riwayat batik di Indonesia. Ada beberapa fakta menarik soal sejarah kain yang  berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan titik, yang bermakna 'titik'.

1. Dr. G.P Rouffaer, peneliti di Hindia-Belanda (lihat sumber) berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7.
2. Masih soal opini Rouffaer. Walau ia mengatakan teknik ini hasil adaptasi budaya impor, ia juga menulis pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dan pola tersebut hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting.  Akhirnya kesimpulan doktor Belanda ini adalah: canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. 


Patut diketahui, tak ada budaya 'orisinil' dalam khasanah sejarah. Namun, pembentukan tradisi baru akan menghasilkan bentukan budaya yang juga 'baru'. Demikian pula pada batik, memang ada asimilasi budaya yang datang ke tanah Jawa. Tapi pada akhirnya, bila benar canting ditemukan oleh masyarakat Jawa, maka batik menjadi budaya baru. Batik adalah milik penduduk kepulauan Nusantara ini.

Hal ini mungkin sejalan dengan opini J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia. Mereka percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.

3. Teknik batik menjadi populer berkat tulisan Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku History of Java, 1817. Kita tahu, Raffles sempat menjadi Gubernur Inggris di Jawa. Selain batik, Raffles juga menguak Borobudur yang sempat 'hilang'.

Batik juga semakin menarik minat masyarakat barat karena seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam pada tahun 1873. Maka saat dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
4. Membatik awalnya pekerjaan prestisius  kaum perempuan Jawa. Hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini. 

5. Motif batik banyak sekali variannya saat ini. Namun dari sisi akar budaya yang kuat, pada prinsipnya motif tradisional digunakan oleh keluarga keraton. Hal ini jadi bukti, di masanya batik merupakan tekstil bergengsi. Untuk wilayah 'darat' atau Keraton  Yogyakarta dan Surakarta dikenal dengan batik sogan.

Sementara batik Cirebon (mewakili keraton 'pesisir') biasanya bermotif mahluk laut dan pengaruh Tionghoa. Batik pesisir juga memiliki garis maskulin hingga bisa terlihat pada corak "Mega Mendung".
6. Mengenai batik sogan, dinamakan demikian karena pada awal mulanya proses pewarnaan batik ini  menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tingi.

Batik Sogan memang jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton.

Sogan Yogya dan Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat. 

7. Tanggal 2 Oktober 1999 sangat penting karena: Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.

Senin, 07 Oktober 2013

tips merawat batik yang benar dan baik

busana batik kerja wanita memang sedang tren saat ini. Namun, bisa jadi belum banyak orang yang mengetahui cara merawat pakaian  batik agar warnanya tetap awet. Berikut ini sejumlah cara alternatif merawat batik kesayangan.

1. Saat mencucinya, gunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang banyak dijual di pasaran.
2. Atau, cuci kain batik dengan shampo rambut. Sebelumnya, larutkan shampo di air sampai tak ada bagian yang mengental. Lalu, celupkan kain batik.
3. Mencuci batik juga bisa dengan menggunakan buah lerak atau daun tanaman dilem yang sudah diredam air hangat. Caranya, remas-remas buah lerak atau daun dilem sampai mengeluarkan busa, lalu tambahkan air secukupnya, dan siap untuk mencuci batik. Aroma buah lerak mampu mencegah munculnya hewan kecil yang bisa merusak kain.
4. Saat mencuci batik, jangan pakai deterjen dan jangan digosok. Jika batik tak terlalu kotor, cukup rendam di air hangat. Tapi jika benar-benar kotor, misalnya terkena noda makanan, bisa dihilangkan dengan sabun mandi atau kulit jeruk. Caranya, cukup dengan mengusapkan sabun mandi atau kulit jeruk di bagian yang kotor tadi.
5. Sebaiknya, jangan mencuci batik dengan mesin cuci.
6. Saat akan menjemurnya, batik yang basah tak perlu diperas. Dan jangan menjemurnya langsung di bawah sinar matahari. Jemurlah di tempat teduh atau diangin-anginkan hingga kering.
7. Saat menjemurnya, tarik bagian tepi batik secara perlahan agar serat yang terlipat kembali ke posisi semula.
8. Jika sudah dijemur, hindari menyetrika batik secara langsung. Jika batik tampak sangat kusut, semprotkan sedikit air di atas kain batik lalu letakan sehelai alas kain di atasnya, baru diseterika.
9. Bila Anda ingin memberi pewangi atau pelembut kain pada batik tulis, jangan semprotkan langsung pada kainnya. Sebaiknya, tutupi dulu batik tulis dengan koran, lalu semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain tadi di atas koran.
10. Jangan semprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain batik, terutama batik sutera dengan pewarna alami.
11. Simpan batik kesayangan Anda dalam plastik agar tak dimakan ngengat. Saat disimpan dalam lemari jangan diberi kapur barus, karena zat padat ini sangat keras dan bisa merusak batik.
12. Cara lain agar batik tak dimakan ngengat, beri sedikit merica yang dibungkus tisu di lemari tempat menyimpan batik. Atau, letakkan akar wangi yang sudah dua kali melalu proses pencelupan dalam air panas dan dijemur hingga kering.

Selasa, 03 September 2013

Motif Batik Pekalongan

sejalan berjalannya waktu, batik pekalongan alami perubahan sangat cepat ketimbang dengan area lain. di area ini batik berkembang di kurang lebih area pantai, yakni di area pekalongan kota serta area buaran, pekajangan dan wonopringgo.

pertemuan masyarakat pekalongan dengan beragam bangsa layaknya cina, belanda, arab, india, melayu serta jepang pada zaman lampau udah mewarnai dinamika pada motif serta tata warna seni batik.

berkaitan dengan itu lebih dari satu style motif batik hasil pengaruh dari beragam negara tersebut yang lantas dikenal sebagai identitas batik pekalongan. motif itu, yakni batik jlamprang, diilhami dari negeri india serta arab. selanjutnya batik encim serta klengenan, di pengaruhi oleh peranakan cina. batik belanda, batik pagi sore, serta batik hokokai, tumbuh sangat cepat sejak pendudukan jepang.

perubahan budaya tehnik cetak motif tutup celup gunakan malam ( lilin ) diatas kain yang lantas dimaksud batik, memanglah gak dapat dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. ini mempertunjukkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.

batik pekalongan jadi terlalu khas dikarenakan bertopang semuanya pada ratusan pengusaha kecil, bukan hanya pada segelintir pengusaha bermodal besar. sejak berpuluh tahun lampau sampai saat ini, beberapa besar sistem produksi batik pekalongan dijalankan di rumah-rumah. menyebabkan, batik pekalongan menyatu jamant dengan kehidupan masyarakat pekalongan yang saat ini terbagi dalam dua lokasi administratif, ialah kotamadya pekalongan serta kabupaten pekalongan.

pasang surut perubahan batik pekalongan, mempertunjukkan pekalongan layak jadi ikon untuk perubahan batik di nusantara. ikon untuk karya seni yang gak dulu menyerah dengan perubahan zaman serta tetap dinamis. saat ini batik udah jadi nafas kehidupan sehari-hari warga pekalongan serta merupakan satu diantara produk unggulan. perihal itu dipicu banyaknya industri yang membuahkan produk batik. dikarenakan kondang dengan produk batiknya, pekalongan dikenal sebagai kota batik. julukan itu datang dari satu adat yang cukup lama berakar di pekalongan. sepanjang periode yang panjang tersebut, bermacam pembawaan, jenis guna, style rancangan, dan mutu batik ditentukan oleh iklim serta keberadaan serat-serat setempat, factor histori, perdagangan serta kesiapan masyarakatnya kala menerima memahami dan pemikiran baru.

Senin, 26 Agustus 2013

asal usul batik pekalongan

Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah – daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.
Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan.

Minggu, 25 Agustus 2013

PENYEBARAN BATIK SOLO DAN JOGJA

Menjadi menyebar terutama di Pulau Jawa, sekitar 17th, 18th, 19. Abad. Untuk pertama kalinya, ia baru saja menjabat sebagai hobi untuk puri keluarga. Selanjutnya, ia digunakan sebagai komoditi perdagangan di masyarakat. Batik Solo yang terkenal dengan desain dan pola tradisional terutama untuk kedua cap dan handwritten proses. Untuk pewarna, bahan yang digunakan adalah masih tetap menggunakan produk dalam negeri seperti soga Jawa – ia telah dikenal sejak lama saat-pola yang digunakan adalah “Sidomukti dan Sidoluruh”.
Mengenai asal produksi batik di Yogyakarta, telah dikenal sejak Pertama Kerajaan Mataram, yang diperintah oleh Panembahan Senopati. Mantan telah dilaksanakan di desa Plered – hanya untuk puri keluarga yang kedua, ia menyebar ke pengadilan pelayan dan pasukan. Pada upacara resmi, anggota keluarga istana yang memakai pakaian dalam kombinasi antara batik dan lurik. Dengan demikian, orang-orang tertarik pada apa yang dikenakan dan mereka kemudian ditiru mereka. Ini sebabnya batik menjadi turun ke bumi.
Perang terjadi antara kedua kerajaan dan kolonial Belanda di masa lalu, menyebabkan puri keluarga berlindung dan tinggal di daerah baru seperti Banyumas, Pekalongan, Timur Ponorogo, Tulungagung dll dan mereka diajarkan batik ke banyak orang. Akibatnya, batik dikenal di daerah ini, pada awal abad 18.

The Fight of Diponegoro melawan Belanda telah memaksa dia dan keluarganya untuk meninggalkan istana. Mereka kemudian menyebar ke Timur dan Barat. Di wilayah ini, mereka disajikan batik. Di wilayah Timur, batik Solo dan Yogyakarta telah menyempurnakan desain batik Mojokerto dan Tulungagung. Selain itu, juga tersebar di Gresik, Surabaya dan Madura. Sementara itu, di wilayah Barat, batik dikenal di Banyumas, Pekalongan, Tegal dan Cirebon.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Proses pembuatan batik

Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.

Kamis, 22 Agustus 2013

Sejarah Batik Indonesia dan asal usulnya

Asal Usul - Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.


Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Perkembangan Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.